Edited
by : Afief Khoiril Anam CH, CHt, C.NLP., Di.Hol.Med.
Salam
Sehat !
Sub-perangkat sel-sel otak
yang mengagumkan ini ditemukan oleh dua periset Italia yang bernama Iacommo Rizzolati dan Vittrio Gallase, mereka menemukan bahwa
neuron dalam area Ventral Premotor dari sebuah macaque (bagian otak) akan
berfungsi kapan saja ketika monyet melakukan satu aksi yang kompleks seperti
melihat sebuah peristiwa, menarik sebuah gagang, atau mendorong pintu kecil
(Neuron-neuron yang berbeda menyulut tindakan yang berbeda). Akan tetapi yang
mengherankan, satu sub perangkat kecil neuron-neuron
akan berfungsi ketika si monyet memperhatikan monyet lain melakukan
tindakan yang sama, namun kuncinya peristiwa
(tindakan) tersebut harus sebuah tindakan yang menarik (menyenangkan)
monyet yang melihatnya. (Iacoboni, Molnar-Szakacs, Gallese, Buccino &
Mazziota, 2005)
Pada hakikatnya,
mirror-neuron (neuron-cermin) itu, sesuai dengan namanya, merupakan bagian dari
jaringan yang memungkin anda melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Semua
kita memiliki Neuron-Cermin, walaupun
ada bukti bahwa Neuron-Cermin itu
sangat lemah dalam orang-orang autis (Labaconi & Depretto, 2006)
Makna dari penelitian di
atas sangat mendalam bagi dunia parenting, pendidikan, maupun kedokteran.
Kemungkinan hal ini akan menjadi dasar bagi pembelajaran imitasi, tindakan
menguap yang menular, pembelajaran sosial, perilaku bergerombol, kejahatan
menyontek, kejahatan pemerkosaan, kejahatan korupsi, mengapa emosi anak
menimbulkan emosi orangtua, kenapa emosi murid menimbulkan emosi guru, atau mengapa
emosi pasien menimbulkan emosi dokter. Singkatnya, hal tersebut membantu kita
memahami mengapa kita terpengaruh oleh perilaku orang di sekeliling kita.
Ketika lobus frontal kita
belum matang, maka orang akan meniru perilaku negatif atau bahkan ‘dungu’ orang
lain. Namun, ketika lobus frontal kita sudah matang, maka kita akan mengatakan
bahwa aksi itu gila, tidak relevan, atau berbahaya dan harus di cegah.
Akan tetapi banyak anak yang
lebih muda, dan anak-anak remaja, belum menjangkau titik ini dan dengan
demikian masih akan meniru perilaku orang lain walaupun perilaku buruk. Memang
banyak orang dewasa yang dengan lobus frontal yang dikompromikan (misalnya
karena cedera otak, obat-obatan, atau depresi) masih membuat pilihan yang jelek
atas dasar melihat yang lain melakukan.
Mudah-mudahan dengan
informasi terbaru ini, kita sebagai orang tua, guru, maupun dokter akan lebih
baik lagi dalam menyampaikan informasi (baik lewat kata-kata maupun perbuatan) kepada
anak kita, murid, maupun pasien. Agar dapat membantu mewujudkan perubahan bagi
Bangsa Indonesia menjadi Bangsa yang Beradab, Sehat & Sejahtera melalui
setiap peran yang kita lakukan, Amien.
Sumber :
Brain-Based
Learning Book
Dapretto
M, Davies MS, Pfeifer JH, Scott AA, Sigman M, Bookheimer SY, Iacoboni M. Nat
Neurosci. 2006 Jan;9(1):28-30. Epub 2005 Dec 4.
Oberman LM, Hubbard EM, McCleery JP,
Altschuler EL, Ramachandran VS, Pineda JA. Brain Res Cogn Brain Res. 2005
Jul;24(2):190-8.
Oztop E, Kawato M, Arbib M. Neural Netw. 2006
Apr;19(3):254-71. Epub 2006 Apr 3.
Gambar
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar